sadarkanku
Malam ini berjuta kecewa mengurungku didalam diam. Membelenggu
hati beserta pemiliknya untuk tak lagi-lagi lari dari kenyataan. Ya, kenyataan
bahwa telah ter –kecewakan . Berpura-pura tidak terjadi apa-apa ternyata membuatku
benar-benar hampir mati karena menahan gejolak perasaan dan logika –ku sendiri.
Kurang ajar, mengapa cinta baru terasa menjijikkan kala telah ada bagian
hati yang terluka?
Bukankah begitu aturan main –nya? Ada yang mencinta, ada
yang terluka, ada yang kecewa, lalu berakhir dengan air mata?
Kodrat terlahir menjadi makhluk lemah, hanya terbodohi oleh
cinta lalu tercampakkan oleh luka. Lelah rasanya ditampar berkali-kali oleh kenyataan, tapi mencoba
lari menjauhi kenangan. Tidakkah kamu mengerti rasanya jadi aku yang
dimiskinkan hatinya hanya untuk membela cinta yang salah sejak awal?
Dingin diluar mulai menusuk-nusuk kedalam tulangku, yang
kuharap tidak menusuk hatiku agar tak bertambah luka didalamnya. Lampu-lampu
gedung pencakar langit tak kalah benderang kerlipnya dengan bintang-bintang
dilangit malam ini. Ya, bintang-bintang yang biasa kutitipi rindu dariku
untukmu, yang entah tersampaikan atau tidak. Seminggu yang lalu, malam seperti
ini kita nikmati dengan berkeliling kota. Rasanya angin diluar sana bagai
marijuana yang memberi sensasi bahagia. Ya, itu kala aku berdua denganmu.
Tapi ternyata waktu memang cepat berganti. Tak hanya
kalkulasi waktu –nya saja yang berubah, tapi juga manusia –nya. Berselang satu
minggu lalu, kamu berubah. Menjadi kamu yang tak kukenal,sungguh. Bukan kamu,
yang ada dalam dirimu bukan kamu. Kamu berubah.
Aku sudah terlalu jauh, terlalu jauh jatuh dalam hatimu. Mengais-ngais
cinta dan rindu. Sedangkan kamu tak pernah mau tau. Ya, memang tak ada yang
bisa kutuntut darimu, kita tak berstatus. Tapi bukankah cinta itu bukan tentang
status? Bukankah cinta itu tentang dua insan didalamnya yang saling bertukar
hati? Tapi ketika aku melihat dalam diriku, lalu melihat padamu, kusadari hanya aku disini yang
terlanjur menyerahkan seluruh cintanya padamu. Sedangkan kamu hanya
memberikan kejutan-kejutan kecil dihatiku.
Lalu kini aku harus bagaimana menghadapi –mu?
Makin malam kota ini makin hidup. Terdengar musik-musik
berdentum yang makin kontras dengan terjaga –nya hening dalam hatiku.
Lampu-lampu makin semarak disilaukan,menambah kontras dengan makin redupnya
hatiku. Sialan, aku tak meminta dikasihani.
Masih saja aku terpaku sendirian, tak memikirkan apapun. Aku
berbohong, aku memikirkan luka yang harusnya kulupakan, segera.
Kucoba benamkan pikiranku berkali-kali, tapi ternyata tak
berarti apa-apa. AKU LELAH!
Bodoh, tak usah banyak berkomentar karna aku banyak berkata
kasar disini. Perasaan itu jujur, tak peduli itu menyakitkan atau
membahagiakan.
Kamu, Seharusnya tak melambungkanku tinggi-tinggi bila
akhirnya hanya menarikku dengan paksa untuk dijatuhkan dan diterpuruk –kan sebegitu
kejamnya. Berubahnya kamu, menghilangnya kamu, sudah cukup mengecewakan aku. Baiknya
kamu utarakan sejak awal bila memang dia (Perempuan yang kamu cintai
sebelum datangnya aku yang mencintaimu) masih menjadi dominan didalam hati
dan pikiranmu.Aku lebih menghargai itu ketimbang kamu hancurkan paksa semua
harapanku.
Sepi ini akhirnya makin mencoba mematikanku. Lelah ini
akhirnya sengaja diam-diam melumpuhkanku. Dan kamu, ternyata dengan terang-terangan
ingin menghancurkanku.
Teruntuk kamu, yang dengan kasar mencuri hatiku untuk
dijadikan pelampiasanmu. Kukira usahamu untuk melukaiku sudah berhasil. Jadi,
bebaskanlah aku dari belenggu bayangmu.
Terimakasih...
Sabar Tan..
ReplyDelete