Jarak #1
Diselimuti rasa rindu yang berlebihan ternyata membuatku bagai mati rasa. Sisa sisa tangis semalam meninggalkan bekas menghitam dibawah mata.
Tidak, kamu tidak menyakitiku. Bukan kamu, tapi jarak yang menghancurkanku. Waktu -pun bersekongkol dengan jarak untuk membelenggu rasa rindu yang tak mampu bertemu. Selama ini, hanya hembus angin dan kerlip bintang yang seakan mewakili perbincangan malam kita diujung telfon.
Lalu, lampu kamar yang kumatikan setelah berakhirnya percakapan tiap malam kita bertanya pada hati yang tak rela dipeluk malam.
"Yakin tak ingin bersua dengannya? Yakin tak ingin memeluknya? Yakin tak ingin menghirup wangi tubuhnya? Bahkan apakah kamu yakin tak ingjn membuatnya mengerti akan setiap tangisan yang kamu lakukan kala merindukannya teramat sangat?"
Dan aku memandang nanar keatas. 'Yakinkah aku?Yakinkah aku tak mau melakukannya?'
Ah! Persetan dengan gelap!
Kupeluk erat tubuhku sendiri yang menggigil karna dingin malam. Memejamkan mata yang lelah menangisi rindu yang tak kunjung usai. Melafalkan doa pada Tuhan agar tetap menjaga cintaku dan cintamu dalam keji-nya perlakuan jarak pada mereka yang mencoba membunuh jauh-nya demi mempertahankan cinta yang entah pada akhirnya akan tetap milik mereka, atau malah menjadi korban jarak selanjutnya..
Comments
Post a Comment