Jarak #2

Ada satu titik yang akan selalu dihadapi siapapun yang menelan janji cinta.
Titik Jenuh.
Titik dimana saat-saat bersama terasa membosankan. Ritual yang biasa dilakukan untuk membunuh rindu terasa tak begitu penting. Sekedar menyapa dan berkata cinta-pun layaknya harus dinomer sekian-kan. Sibuk-mu itu Tuhan-mu kah? 
Sampai benar tak tersisa sedikit untukku bercerita panjang diujung telfon. 
Akhirnya aku menjadi serba salah. 
Terlalu khawatir padamu, kau bilang aku tak mengerti bahwa kamu sedang sibuk. Namun berusaha mengabaikanmu -pun aku tak mampu. Aku tak terbiasa bila tak bertukar kabar denganmu. Tak berbalas pesan selama berjam-jam, Aku tak bisa.
Kini kamu dan perubahanmu menyakitiku.  
Kuyakin kamu jenuh dengan aku yang tak bisa berhenti bicara. Jenuh dengan aku yang tak bisa mengerti tentang waktumu yang begitu berharga. Jenuh dengan aku yang selalu meminta rindunya dibelai tiap waktu. Jenuh bersamaku.

Maaf atas segala ke-tidak-menegerti-an-ku yang mengusikmu. Maaf atas sikapku yang tak pernah rela diduakan dengan segala aktifitas sibukmu. 
Walaupun kamu tak kembali seperti dulu, aku kan berusaha semampuku tuk tetap bergandeng tangan sejauh yang kumampu.
Namun bila akhirnya kamu yang ternyata tak mampu bertahan atas segala "Sikap Merindu" -ku yang berlebihan, entahlah.. aku tak yakin kan mampu berpaling se-cepat kamu. 
Datang dan pergi, Singgah dan tak kembali.
Kuharap ini sementara. Kuharap kita tak hanya menyerah pada jarak. Maaf atas segala jarak yang kuciptakan sejauh ini.
Maaf atas jauh yang kurentangkan selama ini. 
Jangan lupa makan dan shalat,Ya.. Aku merindukanmu

Comments

Popular Posts